Pasar saham AS bergerak mix pada perdagangan 1 minggu terakhir (18/08-22/08), dimana indeks AS ditutup beragam. Meskipun ditutup beragam indeks AS mulai rebound pada hari Jumat (22/08) dimana hasil pidato The Fed di Jackson Hole membuka peluang besar bagi pemangkasan suku bunga pada September yang sudah dinanti-nanti. Ini membuat penguatan pasar saham pada pekan depan semakin terbuka dan membuka peluang entry yang baik. Selain itu, beberapa kabar juga mendorong pergerakan harga saham seperti rating bonds AS yang masih stabil di AA+, dan juga tarif 50% untuk baja dan aluminium serta pemberhentian insentif untuk proyek baru energi surya dan angin.
Performa Indeks Bursa AS 1W
S&P 500 | Dow Jones Industrial Average | NASDAQ Composite |
+0.34% | +1.49% | -0.56% |
Top Gainer 1W
DAY | +29.08% |
ENPH | +18.53% |
FSLR | +11.07% |
RCL | +10.37% |
LYB | +9.38% |
Berita Ekonomi & Industri
Ketua The Fed Jerome Powell membuka peluang penurunan suku bunga di September. Ia menekankan pasar tenaga kerja mulai melemah signifikan, ditunjukkan dengan pertumbuhan pekerjaan Juli hanya 116 ribu, terendah dalam setahun, sementara tingkat pengangguran naik ke 4.2%. Di sisi inflasi, data terbaru mencatat CPI tahunan di 2.7% dan inflasi inti di 3.1%, level yang masih di atas target 2% namun menunjukkan tren perlambatan. Powell mengakui bahwa suku bunga acuan saat ini berada di level yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Pasar merespons optimistis, dengan peluang penurunan suku bunga pada September naik mendekati 85%, imbal hasil 10-yr Bond AS turun dari 4.33% ke 4.26%, indeks saham AS menguat seperti S&P 500 menguat 1.52%, dan index dolar DXY melemah dari 98.7 ke 97.6, mencerminkan keyakinan bahwa siklus pelonggaran moneter semakin dekat.
S&P Global menegaskan peringkat kredit AS tetap di ‘AA+’ dengan outlook stabil, menyoroti pendapatan tarif impor Presiden Trump yang melonjak sekitar US$ 21.0 miliar pada Juli sebagai penyeimbang dampak fiskal dari pemotongan pajak dan peningkatan belanja pemerintah. Namun, defisit anggaran bulan itu naik hampir 20% menjadi US$ 291.0 miliar. Ke depan, S&P memperkirakan defisit pemerintah akan turun menjadi rata-rata sekitar 6.0% dari PDB pada periode 2025–2028, setelah sebelumnya mencapai puncak 9.8% pada 2020–2023.
Sektor industri dan konsumen AS menghadapi tantangan baru, pemerintah menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 50% untuk 407 produk turunan. Langkah ini membatasi upaya menghindari tarif dan diharapkan mendukung pertumbuhan industri baja dan aluminium domestik, meskipun dikhawatirkan akan memperlambat sektor otomotif dan infrastruktur di AS karena keterbatasan kapasitas produksi lokal. Beberapa produsen asing, termasuk Tesla, sejauh ini menentang kebijakan ini karena keterbatasan dalam pasokan dalam negeri untuk memenuhi permintaan mereka, akan butuh waktu yang lama agar produksi domestik bisa kembali memenuhi permintaan mereka.
Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pemerintahannya tidak akan menyetujui proyek tenaga surya atau angin baru karena dianggap merusak lahan pertanian dan menyebabkan kenaikan harga listrik. Langkah tersebut muncul setelah Departemen Pertanian (USDA) menghentikan program dukungan finansial untuk proyek green energy. Sementara itu, aturan baru dari pemerintah juga menghapus kemudahan awal seperti “5% safe harbor”, sehingga proyek harus benar-benar dalam fase konstruksi fisik agar memenuhi syarat insentif pajak. Reaksi pasar cenderung negatif, dengan saham perusahaan energi terbarukan seperti First Solar ($FSLR) dan Enphase ($ENPH) turun setelah pernyataan tersebut.
Survei CNBC di Jackson Hole menunjukkan banyak pihak menilai Presiden Trump kemungkinan besar akan menunjuk Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, sebagai Ketua The Fed yang baru. Meski begitu, mayoritas responden menilai kandidat paling layak adalah Kevin Warsh, mantan gubernur The Fed, disusul Christopher Waller dan James Bullard. Hassett dinilai unggul karena kedekatannya dengan Trump sejak pandemi, namun ada kekhawatiran bahwa pilihannya bisa mengurangi independensi The Fed karena dianggap terlalu politis. Jika Kevin Hasset yang terpilih, pasar kemungkinan besar akan merespon negatif terhadap pergantian tersebut akibat dari independensi The Fed yang diragukan.
Inflasi inti Jepang, yang tidak memasukkan makanan segar, turun ke 3.1% pada Juli 2025 dari 3.3% di bulan sebelumnya, meski masih berada di atas target 2% Bank of Japan. Penurunan ini dipengaruhi efek perbandingan dengan lonjakan harga energi tahun lalu, sementara harga energi sendiri turun 0.3% dan mencatat penurunan tahunan pertama sejak Maret 2024. Sebaliknya, inflasi makanan inti naik tipis menjadi 8.3%, sedangkan indeks yang mengecualikan energi dan makanan segar stabil di 3.4%, menandakan permintaan domestik masih cukup kuat. Meskipun inflasi sudah menurun, BoJ tetap membuka peluang untuk terus meningkatkan suku bunga.
Berita Emiten
1. INTC
Pemerintah Amerika Serikat resmi menjadi pemegang sekitar 10% saham Intel senilai US$8.9 miliar setelah mengonversi dana hibah CHIPS Act menjadi ekuitas, setara dengan 433.3 juta saham pada harga US$20.47 per saham, lebih rendah dari harga pasar yang ditutup di US$24.80. Dengan kepemilikan ini, pemerintah menjadi investor individu terbesar di Intel, meski tanpa hak suara maupun kursi dewan direksi. Kesepakatan juga memberi pemerintah opsi tambahan berupa warrant dengan harga pelaksanaan US$20 per saham untuk 5% saham lagi jika Intel kehilangan kendali atas divisi foundry-nya. Pasar menyambut positif langkah ini dengan saham Intel melonjak sekitar 5.5% saat pengumuman. Kesepakatan tersebut dipandang sebagai langkah strategis pemerintah untuk memperkuat industri semikonduktor dalam negeri melalui keterlibatan langsung di sektor swasta.
SoftBank Group menyuntikkan investasi senilai US$ 2 miliar ke Intel ($INTC) dengan membeli saham seharga US$ 23 per lembar, setara dengan sekitar 2% dari total saham Intel dan menjadikan SoftBank sebagai pemegang saham keenam terbesar di perusahaan chip tersebut. Langkah ini dinilai sebagai bentuk kepercayaan kuat terhadap peran Intel dalam memperkuat inovasi teknologi dan sektor manufaktur semikonduktor di Amerika Serikat, serta terjadi di tengah pembicaraan potensial antara Intel dan pemerintah AS mengenai pembelian hingga 10% saham perusahaan. Setelah pengumuman, saham Intel melonjak sekitar 5 % dalam perdagangan after hours, saham INTC telah naik +25% pada bulan Agustus ini.
2. XPEV
XPeng ($XPEV) membukukan kinerja 2Q25 yang luar biasa, dengan pendapatan melonjak +125.3% YoY menjadi sekitar US$2.55 miliar dan pengiriman kendaraan mencapai 103,181 unit, naik +241.6%, sekaligus mencatat GPM tertinggi sebesar 17.3% dan margin per kendaraan 14.3%. Meskipun masih mencatat rugi bersih, kerugian ini menyusut signifikan menjadi RMB0.48 miliar (US$ 0.07 miliar), terendah dalam lima tahun terakhir. Saham XPeng melonjak lebih dari 4% pasca-rilis laporan karena prospek pertumbuhan tetap baik. Untuk 3Q25, perusahaan menargetkan pengiriman antara 113 ribu dan 118 000 ribu dan pendapatan antara RMB 19.6 dan 21 miliar (US$2.7–2.9 miliar).
3. HD
Home Depot ($HD) mencatat pertumbuhan pendapatan 4.9% pada 2Q25 menjadi sekitar US$45.3 miliar, dengan penjualan ritel naik 1%, meski masih di bawah ekspektasi analis. Laba per saham sebesar US$4.68 juga sedikit meleset dari perkiraan US$4.72. Meski begitu, saham perusahaan naik lebih dari 3% karena manajemen tetap mempertahankan proyeksi tahun penuh dengan target pertumbuhan penjualan 2.8%. Perusahaan melihat permintaan stabil yang berasal dari proyek perbaikan rumah serta peningkatan pangsa pasar lewat investasi di layanan profesional, kredit kontraktor, dan distribusi. Setelah laporan keuangan ini rilis, para analis menaikan target harga saham HD, yang mencerminkan feedback positif.
4. META
Meta Platforms ($META) telah menandatangani kesepakatan layanan cloud selama enam tahun senilai lebih dari US$ 10 miliar dengan Google Cloud, di mana Meta akan memanfaatkan layanan infrastruktur seperti server, penyimpanan, dan jaringan Google. Langkah ini terjadi di tengah rencana besar Meta untuk memperluas infrastruktur AI-nya, yang sudah menaikkan anggaran belanja modal menjadi US$ 66–72 miliar dan melepaskan aset data center senilai US$ 2 miliar untuk mendanai ekspansi tersebut. Kesepakatan ini juga merupakan perjanjian besar kedua Google Cloud dalam waktu dekat, setelah sebelumnya menjalin kerja sama dengan OpenAI. Berita ini, memperkuat kepercayaan investor terhadap Google ($GOOGL) yang memiliki infrastruktur AI yang kuat.