
Pasar saham AS bergerak menguat pada perdagangan 1 minggu terakhir (11/08-15/08), dimana indeks AS ditutup kompak positif. Pasar saham AS kembali mencatatkan level ATH di pekan ini, didorong oleh sentimen positif dari gencatan tarif 90 hari hingga bulan November mendatang antara AS dan China. Selain itu, data inflasi yang menunjukan penurunan juga menunjukan optimisme investor bahwa suku bunga akan segera dipangkas, yang nantinya akan mendorong ekonomi AS dan inflow ke bursa saham AS. Beberapa berita emiten menarik seperti Intel yang dikabarkan akan dibeli sebagian sahamnya oleh pemerintahan Trump juga mendorong harga INTC naik +22.8% dalam sepekan, bersamaan dengan saham UNH yang turut naik +24% dalam sepekan setelah Berkshire Hathaway milik Warren Buffet membeli 5 juta lembar saham UNH.
Performa Indeks Bursa AS 1W
| S&P 500 | Dow Jones Industrial Average | NASDAQ Composite |
| +0.94% | +1.72% | +0.76% |
Top Gainer 1W
| UNH | +24.19% |
| INTC | +22.80% |
| UAL | +14.45% |
| ALB | +13.84% |
| DAL | +11.29% |
Berita Ekonomi & Industri
Bursa dunia berpesta setelah menembus level All Time High (ATH) pada hari Rabu (13/08), yang mana terlihat dari indeks MSCI All World Country naik ke level 954.2 untuk yang pertama kalinya. Hal yang sama terjadi di indeks dunia dimana S&P 500 ditutup naik +0.32%, sedangkan NASDAQ 100 naik +0.05%, dan Dow Jones naik +1.07%. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan September mendatang dimana kemungkinan penurunan mencapai 94% untuk 25 bps, sedangkan beberapa analyst memperkirakan penurunan 50 bps. Selain itu, data inflasi CPI yang rilis pada hari sebelumnya menunjukan angka yang dibawah ekspektasi, mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga.
Pertemuan langsung antara Presiden Trump dan Presiden Putin di Alaska berlangsung sekitar tiga jam tanpa mencapai kesepakatan mengenai penghentian perang di Ukraina. Trump mengatakan bahwa pembicaraan sangat produktif dan respon dari Putin sepertinya cukup positif terhadap Presiden Trump. Pasar merespon netral terhadap hasil dari perundingan ini dimana tidak ada sanksi atau kebijakan baru yang merugikan atau menguntungkan pasar. Meski demikian pertemuan dengan Presiden Ukraina menjadi sangat mungkin setelah perundingan kemarin, yang mendorong proses positif dalam menyelesaikan konflik 3 tahun antara Rusia dan Ukraina. Saat ini Investor lebih melihat data ekonomi AS yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga dan kelangsungan ekonomi AS.
Goldman Sachs ($GS) memperkirakan bahwa The Fed akan melakukan tiga pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sepanjang 2025, diikuti oleh dua pemangkasan tambahan pada tahun 2026, yang akan menurunkan tingkat suku bunga acuan ke kisaran 3.00 – 3.25 % pada akhir 2026, dari level saat ini sekitar 4.25 – 4.50 %. Jika The Fed memangkas suku bunga 3x pada tahun ini, maka pasar saham global kemungkinan besar akan rally hingga akhir tahun dan terus menerus menembus all time high didorong dari demand untuk switching dari risk free investing menjadi lebih high risk investing.
Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada 11 Agustus 2025 untuk memperpanjang gencatan tarif dengan China selama 90 hari, sehingga penurunan tarif tinggi tertunda hingga awal November. Tarif saat ini tetap berada di level 30 % untuk impor China ke AS dan 10 % untuk barang AS ke China. Tanpa perpanjangan ini, tarif AS bisa melonjak hingga 145 %, sementara China bisa menaikkan tarif hingga 125 %, yang berpotensi memicu eskalasi tajam dalam perang dagang. Perpanjangan ini memberikan waktu krusial bagi pedagang AS untuk menyiapkan stok tambahan serta membuka peluang kelanjutan negosiasi perdagangan. Langkah ini juga meningkatkan peluang pertemuan Trump–Xi Jinping di musim gugur untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik.
Inflasi CPI Amerika Serikat pada Juli 2025 hanya naik 0.2% secara bulanan dan 2.7% secara tahunan, sedikit di bawah perkiraan (est. +2.8% YoY), sementara inflasi inti mencatat kenaikan bulanan terbesar sejak Januari sebesar 0.3% dengan tingkat tahunan 3.1%. Namun, hasil ini memberikan kekhawatiran soal akurasi data akibat masalah di Bureau of Labor Statistics (BLS) pada awal bulan kemarin. Sentimen positif dari data inflasi ini mendorong bursa Asia menguat, dengan Nikkei di Jepang menembus rekor 43 000 dan Topix di Korea Selatan reli enam hari berturut-turut. Indeks MSCI All Country World mencetak rekor tertinggi dan keyakinan investor pada potongan suku bunga The Fed semakin menguat. Optimisme pasar juga ditopang oleh perpanjangan gencatan tarif AS–China selama 90 hari dan harapan kelanjutan negosiasi perdagangan.
Saham penerbangan AS langsung melonjak setelah data Juli menunjukkan lonjakan tarif udara sebesar 4%, menandakan pulihnya harga di industri ini. Maskapai besar seperti United Airlines ($UAL), American Airlines ($AAL), dan Delta ($DAL) mencatat kenaikan saham mendekati 10%. Peningkatan tarif ini menyusul periode diskon dalam beberapa bulan terakhir dan upaya maskapai memangkas kapasitas serta menyesuaikan rute untuk memulihkan tren penurunan margin. Para investor menyambut positif kebangkitan ini sebagai sinyal bahwa sektor yang sempat tertekan kini mulai bangkit kembali.
Berita Emiten
1. F
Ford ($F) mengumumkan investasi sekitar US$ 2 miliar untuk mengubah pabrik perakitan di Louisville, Kentucky menjadi fasilitas produksi mobil listrik (EV) yang lebih efisien, dengan sistem rakitan inovatif ala “assembly tree” yang mempercepat proses hingga 15–40 %, mengurangi 20 % komponen sekaligus memangkas workstation. Model pertama yang akan dihasilkan adalah truk pickup listrik berukuran sedang dengan harga mulai dari sekitar US$ 30,000, yang ditargetkan diluncurkan pada 2027 dengan dukungan baterai LFP. Langkah ini merupakan upaya produsen mobil Amerika untuk bersaing dengan produk EV buatan China seperti BYD yang memiliki daya penetrasi kuat ke masyarakat dunia.
2. ABBV
AbbVie ($ABBV) mengumumkan investasi sebesar US$ 195 juta untuk memperluas fasilitas produksi bahan obat (API) di North Chicago, Illinois, sebagai bagian dari komitmen lebih dari US$ 10 miliar dalam dekade mendatang guna memperkuat manufaktur domestik di AS. Pembangunan akan dimulai pada musim gugur 2025 dan fasilitas ini diproyeksikan beroperasi penuh pada 2027. Langkah ini terlihat sejalan dengan Eli Lilly ($LLY) dan juga Johnson & Johnson ($JNJ) yang turut melakukan relokasi ke produksi di AS. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan farmasi bisa terhindar dari ancaman tarif yang mencapai 250% bagi obat-obatan yang diimpor.
3. CSCO
Cisco ($CSCO) mencatat pendapatan 4Q25 sebesar US$ 14.7 miliar, naik +8% YoY, dengan EPS sebesar US$ 0.99 (vs. US$ 0.98 est) dan GAAP EPS sebesar US$ 0.71, meningkat masing-masing sekitar +14% dan +31%. Permintaan infrastruktur AI meningkat, dengan total pesanan AI dari pelanggan web-scale melampaui US$ 2 miliar, lebih dari dua kali lipat target awal termasuk pesanan senilai US$ 800 juta hanya di kuartal ini. Perusahaan memperkirakan pendapatan 1Q26 antara US$ 14.65 miliar dan US$ 14.85 miliar serta pendapatan tahunan 2026 antara US$ 59 miliar dan US$ 60 miliar. Meski mencatat kinerja di atas ekspektasi, saham Cisco turun 1.42% menjadi US$ 71.38, kemungkinan dipicu kekhawatiran investor terkait kondisi kinerja kedepannya. Sepanjang setahun terakhir, saham ini mencatat total return 59.13%. Setelah laporan keuangan dirilis, saham sempat rebound 0.56% di perdagangan after-hours ke US$ 71.78, menunjukan adanya potensi penguatan di perdagangan selanjutnya
4. INTC
Saham Intel ($INTC) naik lebih dari 7 % pada sesi perdagangan reguler setelah beredar kabar bahwa pemerintahan Trump mempertimbangkan untuk mengambil kepemilikan saham di perusahaan tersebut guna mempercepat pembangunan pabrik semikonduktor besar yang tertunda di Ohio. Rencana ini menandai potensi pergeseran menuju intervensi pemerintah yang lebih aktif di sektor teknologi, mirip dengan strategi ‘state capitalism’ yang pernah diterapkan pada US Steel. Walau Intel menegaskan komitmennya terhadap kepemimpinan teknologi AS dan Gedung Putih menyebut pembahasan masih bersifat spekulatif, pasar merespons positif, terbukti dari kelanjutan kenaikan harga saham hingga perdagangan after-hours.
5. UNH
Berkshire Hathaway ($BRK.B) yang dipimpin Warren Buffett kembali membeli saham di UnitedHealth ($UNH) dengan membeli 5 juta saham senilai sekitar US$ 1.57 miliar pada kuartal kedua 2025. Selain itu, perusahaan juga menambah investasi di sektor industri dan properti melalui pembelian saham Nucor, serta dua pengembang perumahan besar, Lennar dan D.R. Horton. Berkshire turut memperkuat kepemilikan di Allegion dan Lamar Advertising, sekaligus mengurangi porsi saham di Apple dan Bank of America serta melepas seluruh kepemilikan di T-Mobile. Saham UNH turun -60% pada periode April hingga Juli lalu yang membuat valuasi perusahaan cukup menarik, oleh karena itu wajar jika Warren Buffet ikut tertarik dengan perusahaan asuransi tersebut.
6. DE
John Deere ($DE) membukukan pendapatan 3Q25 sebesar US$ 12 miliar, turun -9 % YoY, sementara laba bersih merosot -26 % YoY menjadi US$ 1.29 miliar atau US$ 4.75 per saham, meskipun tetap lebih tinggi dari perkiraan pasar. Tekanan datang dari harga komoditas yang melemah, membuat petani lebih memilih untuk menyewa alat daripada membeli, serta beban tarif AS yang diperkirakan menambah biaya sekitar US$ 600 juta tahun ini. Perusahaan menurunkan target profit menjadi US$ 4.75–5.25 miliar. Untuk saat ini, DE masih tertekan dengan demand yang menyempit, dengan harga komoditas agrikultur yang menurun akan sangat sulit DE bisa mencatatkan kinerja yang baik hingga ke tahun 2026.
Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Jual Beli Saham Amerika di Ajaib Alpha dengan Mudah
Baca Artikel Lainnya di Ajaib Alpha!
Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya seputar saham AS, aset kripto, blockchain, NFT, dan Metaverse, kunjungi halaman blog Ajaib Alpha! Ajaib Alpha menghadirkan layanan investasi cryptoonline yang aman dan terpercaya. Yuk, download aplikasi Ajaib Alpha dengan klik button di bawah ini!
Artikel ini dianalisis dan ditulis oleh Financial Expert Ajaib, Alvin T. Murthi
Disclaimer: Transaksi US Stocks mengandung risiko dan berpotensi menyebabkan kerugian. Kinerja suatu produk investasi saat ini atau di masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa datang. Informasi yang terkandung dalam tulisan/artikel ini merupakan opini yang disiapkan melalui proses riset pasar dan analisis internal perusahaan. Anda tetap berkewajiban untuk menganalisis setiap produk investasi untuk memastikan setiap keputusan investasi dan keputusan untuk menjual dan/atau membeli produk investasi adalah berdasarkan pertimbangan dan keputusan anda sendiri. Tulisan/artikel ini bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk kerugian maupun keuntungan yang timbul dari pengambilan keputusan transaksi.



