Berita

Breaking News: Bahaya Perang Dagang Menurun! Investor Borong Saham!

Bahaya Perang Dagang Menurun! Investor Borong Saham!

Pasar saham AS mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan 5 hari terakhir (6/05-12/05), dimana indeks AS kompak hijau. Kenaikan ini didorong dari perundingan tarif AS yang berjalan lancar dimana Inggris bersedia untuk menurunkan tarif bersamaan dengan AS. Selain itu, China juga menurunkan tarif dari yang sebelumnya 125% menjadi 10%, dan AS membalas dengan menurunkan tarif dari 145% ke 30% untuk 90 hari kedepan. Dari segi geopolitik, India dan Pakistan juga bersedia untuk gencatan senjata setelah perundingan yang dimediasi oleh AS. Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS juga dinaikan dari 0.5% ke 1% pada tahun 2025. Meski demikian, potensi penurunan suku bunga The Fed semakin melambat dikarenakan ekonomi AS yang lebih kuat, dengan konsensus penurunan pertama pada bulan September, setelah sebelumnya jatuh pada bulan Juli.

Performa Indeks Bursa AS 1W

S&P 500Dow Jones Industrial AverageNASDAQ Composite
+4.25%+3.44%+6.16%

Top Gainer 1W

TTD+47.58%
NRG+30.36%
MCHP+29.08%
POD+23.30%
DIS+23.18%

Berita Emiten

1. PLTR

PLTR telah merilis laporan keuangan yang sangat baik, dimana revenue naik +39% YoY pada 1Q25 menjadi US$ 883 juta (vs. estimasi US$ 862 juta). Selain revenue, EPS PLTR juga turut meningkat ke US$ 0.13 (vs. estimasi US$ 0.08). Peningkatan yang signifikan didorong dari belanja pemerintah untuk teknologi pertahanan yang disediakan oleh PLTR, dimana revenue dari belanja pemerintah naik +40% YoY menjadi US$ 455 juta, dibandingkan dengan revenue dari komersial yang hanya meningkat +31% YoY menjadi US$ 373 juta. 

2. GOOG

Saham Google (GOOG) turun -7.51% pada perdagangan kemarin. Apple berencana untuk memberikan fitur AI ke browser aplikasi Safari yang mana ini merupakan ancaman besar bagi Google. Seperti yang diketahui, pengguna Iphone cenderung menggunakan Safari sebagai browser mereka dibandingkan Google Chrome, sehingga dengan Safari yang semakin canggih, maka penggunaan Google Chrome dan browser Google dinilai akan menurun. Selama ini, Google membayar Apple sebesar US$ 20 miliar untuk menjadikan Google sebagai default browser di aplikasi Safari. Pendapatan ini menyusun sekitar 36% dari total pendapatan iklan Apple dari Safari. 

3. AAPL

Apple berencana untuk menaikkan harga lini iPhone terbarunya yang akan diluncurkan tahun ini. Dan mengatakan bahwa kenaikan ini dikarenakan adanya fitur baru dan desain yang baru, meskipun investor menilai kenaikan ini dikarenakan perang dagang AS-China yang meningkatkan harga impor bahan baku. Apple mengatakan bahwa perusahaannya diperkirakan akan mengalami kerugian hingga US$900 juta akibat perang dagang tersebut. Perusahaan saat ini berusaha untuk memindahkan import iPhone dari China ke India.

Berita lainnya

1. Perundingan tarif antara AS dan China berjalan lebih mulus dari yang dibayangkan. Tarif AS ke China yang sebelumnya 145% diturunkan hingga 30%, sedangkan tarif China ke AS yang sebelumnya 125% diturunkan ke 10%. Meskipun demikian, tarif ini hanya berlaku selama 90 hari kedepan, dimana akan ada perundingan lanjutan untuk tarif selanjutnya lagi. Meski demikian, tarif tersebut setidaknya jauh lebih masuk akal dibandingkan tarif sebelumnya yang sampai ratusan persen. 

2. Suku bunga The Fed kembali ditahan pada level 4.5%, dimana gubernur The Fed, Jerome Powell menyatakan ketidakpastian inflasi dan juga meningkatnya pengangguran membuat The Fed harus berhati-hati dalam melakukan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Selain itu, Jerome Powell juga mengatakan outlook ekonomi AS yang tidak menentu saat ini, dimana Jerome Powell tidak yakin jika ekonomi AS bisa tumbuh stabil lagi atau malah turun signifikan akibat adanya perang dagang akibat tarif Donald Trump. The Fed saat ini hanya memiliki dua tujuan yaitu untuk membawa inflasi turun kebawah 2% dan mendorong pertumbuhan ketenagakerjaan. Inflasi PCE AS pada bulan Maret lalu berada pada level 2.3%.

3. Kabar dari China, suku bunga China akan diturunkan sekitar 10 bps yang akan mulai berlaku besok 8 Mei 2025. Ini dilakukan guna mendorong ekonomi China yang cukup stagnan belum lagi mendapatkan tekanan dari perang dagang dengan AS. Selain dari suku bunga, reserve ratio (GWM) perbankan juga diturunkan 50 bps menjadi 6.2% . Yuan yang menguat membuat China mampu untuk lebih leluasa menurunkan suku bunga dan mendorong perputaran uang di negaranya. 

4. AS dan Inggris berhasil mencapai kesepakatan dalam negosiasi tarif. Inggris bersedia untuk menurunkan tarif menjadi 1.8% setelah sebelumnya berada pada level 5.1%. Inggris juga bersedia untuk membeli beberapa barang lain dari AS seperti pesawat Boeing senilai US $10 miliar, saham BA naik +3.31% pada perdagangan kemarin. Selain itu, tarif untuk komponen pesawat ditiadakan oleh Trump, membuat harga saham DLTA ikut naik +7.2% pada perdagangan kemarin. Sayangnya, 10% tarif impor AS dari Inggris masih belum dicabut oleh Trump.

5. Data ketenagakerjaan AS menunjukan pengangguran yang berkurang, dimana jika melihat total klaim subsidi pengangguran baru mingguan turun 13 ribu orang menjadi 228 ribu. Sedangkan total klaim juga ikut menurun 29 ribu menjadi 1.88 juta penduduk. Namun, sayangnya indeks produktivitas turun -0.8% selama 1Q25, sedangkan upah buruh malah meningkat +5.7% YoY.

6. Data ekspor China menunjukan kenaikan +8.1% YoY pada bulan April lalu, jauh diatas konsensus pasar hanya hanya sekitar 1-3%. Kenaikan ini sejalan dengan kenaikan impor AS yang lalu, dikarenakan perusahaan AS dan China berbondong-bondong untuk melakukan front load stok mereka sebelum tarif AS-China berlangsung. Total pengiriman barang lewat laut dari China ke AS naik +21% YoY, sedangkan impor China sendiri turun -14% YoY. China dan AS akan melakukan perundingan perang dagang dalam waktu dekat, investor seluruh dunia akan memperhatikan hasil dari perundingan ini dan hasilnya akan membentuk pasar dalam jangka menengah.

Artikel ini dianalisis dan ditulis oleh Financial Expert Ajaib, Alvin T. Murthi

Baca Juga: Kripto Market Highlights April  2025 

Disclaimer: Transaksi US Stocks mengandung risiko dan berpotensi menyebabkan kerugian. Kinerja suatu produk investasi saat ini atau di masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa datang. Informasi yang terkandung dalam tulisan/artikel ini merupakan opini yang disiapkan melalui proses riset pasar dan analisis internal perusahaan. Anda tetap berkewajiban untuk menganalisis setiap produk investasi  untuk memastikan setiap keputusan investasi dan keputusan untuk menjual dan/atau membeli produk investasi adalah berdasarkan pertimbangan dan keputusan anda sendiri. Tulisan/artikel ini bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi.  Kami tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk kerugian maupun keuntungan yang timbul dari pengambilan keputusan transaksi.

Artikel Terkait