Rencana ambisius Elon Musk untuk menjadikan X (sebelumnya Twitter) sebagai platform keuangan dengan meluncurkan stablecoin kini menghadapi rintangan besar. Ketegangan politik yang meningkat antara Musk dan mantan sekutunya, Donald Trump, berpotensi merusak momentum yang telah ia bangun di pasar kripto. Sementara itu, regulasi yang semakin ketat tentang penggunaan stablecoin oleh perusahaan teknologi besar juga mengancam untuk menggagalkan rencananya.
Rencana Musk untuk X Money dan Integrasi Stablecoin
Musk sebelumnya telah mengungkapkan niatnya untuk meluncurkan “X Money”, sebuah sistem pembayaran peer-to-peer yang akan terintegrasi dengan stablecoin. Stablecoin ini berencana untuk dipatok pada dolar AS, dan Musk telah mengonfirmasi pada 25 Mei bahwa X telah memasuki “beta terbatas” untuk layanan pembayaran ini. Namun, dengan adanya perdebatan di Kongres mengenai batasan penggunaan stablecoin oleh perusahaan teknologi besar, rencana tersebut terancam tertunda.
Politik Menghalangi Ambisi Kripto Musk
Yang membuat situasi semakin rumit adalah hubungan Musk dengan Donald Trump yang semakin memburuk. Sebelumnya, hubungan dekat antara keduanya membantu Musk dalam mendapatkan dukungan dari kalangan Republik, terutama soal regulasi yang lebih longgar untuk perusahaan teknologi. Namun, setelah terjadinya konflik terbuka antara Musk dan Trump, terutama terkait kebijakan dan dukungan politik, situasi ini berpotensi membatasi dukungan yang Musk butuhkan untuk mendorong visi stablecoin-nya ke depan.
Regulasi Stablecoin yang Semakin Ketat
Sementara itu, Kongres AS tengah mempertimbangkan peraturan baru yang ketat terkait penggunaan stablecoin oleh perusahaan teknologi besar. Beberapa anggota partai Demokrat mendesak agar regulasi ini mencegah perusahaan seperti X untuk menyalahgunakan teknologi ini, dan mencampurkan layanan komersial dengan layanan keuangan. Elizabeth Warren, seorang senator dari partai Demokrat, bahkan mengkritik GENIUS Act yang didukung Trump, yang bertujuan untuk memberikan kejelasan lebih dalam tentang penggunaan stablecoin.
Keterbatasan Dukungan untuk Musk
Menurut beberapa ahli hukum, perseteruan politik ini bisa merugikan Musk dalam jangka panjang. Joseph Osborne, seorang pakar hukum di bidang fintech, mengungkapkan bahwa “political friction” seperti ini akan semakin menyempitkan ruang gerak Musk dalam mewujudkan visinya di pasar kripto. Dengan kurangnya dukungan bipartisan yang kuat dan ketidakpastian regulasi, Musk mungkin akan kesulitan mewujudkan ambisi stablecoin-nya tanpa dukungan politik yang solid.
Peluang Terhambat di Tengah Persaingan Teknologi
Sementara Musk menghadapi hambatan politik dan regulasi, perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya, seperti Uber dan Airbnb, juga sedang mengkaji kemungkinan untuk mengintegrasikan stablecoin dalam sistem pembayaran mereka. Namun, meskipun ada potensi besar, semua perusahaan ini masih terhambat oleh ketidakjelasan regulasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Dara Khosrowshahi, CEO Uber, stablecoin dapat mengurangi biaya transaksi lintas negara dan memberikan manfaat praktis selain nilai historis kripto. Namun, jelas bahwa perusahaan-perusahaan besar ini masih menghadapi banyak tantangan regulasi sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh dalam ruang kripto.
Baca Juga: Shiba Inu Terkoreksi, Berikut yang Harus Perhatikan Sebelum Membeli!
Kesimpulan
Ambisi Elon Musk untuk memperkenalkan stablecoin di X kini terancam oleh konflik politik dan peraturan yang semakin ketat. Dengan ketegangan yang terus meningkat antara Musk dan Trump, serta pembahasan regulasi di Kongres yang bisa membatasi penggunaan stablecoin oleh perusahaan teknologi, masa depan proyek ini tampak penuh tantangan.
Musk harus segera menyesuaikan aliansinya dan menghadapi kenyataan bahwa kripto kini berada di persimpangan regulasi politik yang semakin ketat. Tanpa dukungan politik yang solid dan kejelasan regulasi, Musk mungkin akan kesulitan melanjutkan ambisinya untuk merevolusi dunia keuangan digital.
Referensi:
CCN. Elon Musk’s Crypto Dream May ‘Derail’ After Donald Trump Feud, Stablecoin Legislation Pending. Terakhir diakses 10 Juni 2025.