Berita

Pasar Saham AS Terkoreksi Setelah Earnings & Keputusan The Fed! Saatnya Buy the Dip?

Pasar Saham AS Terkoreksi Setelah Earnings & Keputusan The Fed! Saatnya Buy the Dip?

Pasar saham AS bergerak melemah pada perdagangan 1 minggu terakhir (28/07-01/08), dimana indeks AS ditutup  kompak negatif.  Pasar saham AS kompak mengalami penurunan signifikan pada perdagangan seminggu terakhir didorong dari ekspektasi laporan keuangan di kuartal 3 yang memburuk. Meskipun laporan keuangan 2Q25 melampaui ekspektasi, banyak perusahaan yang menurunkan forecast untuk kinerja 3Q25, yang menyebabkan pesimisme diantara investor. Selain itu, data ketenagakerjaan AS telah direvisi, dan ternyata data 2 bulan belakangan ini yaitu di Juni dan Mei mengalami revisi penurunan yang cukup dalam. Hal ini menunjukan bahwa ekonomi AS sedang kontraksi dan butuh bantuan The Fed untuk mendorong kembali dengan pemangkasan suku bunga, yang hingga saat ini belum terjadi.

Performa Indeks Bursa AS 1W

S&P 500Dow Jones Industrial AverageNASDAQ Composite
-2.50%-3.02%-2.49%

Top Gainer 1W

GNRC+25.09%
TER+13.96%
WDC+10.54%
EBAY+10.50%
CDNS+9.84%

Berita Ekonomi & Industri

1. The Federal Reserve memutuskan mempertahankan suku bunga di rentang 4.25 % hingga 4.50 % dalam pertemuan Juli 2025, seperti yang diharapkan pasar. Dua gubernur Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, berbeda pandangan dan memilih memotong 25 basis poin, menandai ketidaksamaan pendapat terang-terangan pertama dalam lebih dari tiga dekade. Powell menekankan bahwa inflasi masih di atas target dan pasar tenaga kerja tetap kuat sehingga kebijakan bersifat hati-hati dan berbasis data. Pernyataan bank sentral menyoroti ekonomi yang “expanding at a solid rate”, tetapi mencatat perlambatan dalam pengeluaran konsumen. Ketua Jerome Powell mengatakan bank sentral masih belum siap untuk menurunkan suku bunga, karena inflasi tetap terlalu tinggi. 

2. GDP AS tumbuh sebesar 3.0% pada kuartal kedua, mengalahkan perkiraan 2.4% dan pulih dari penurunan 0.5% pada kuartal pertama. Namun, kekuatan ekonomi didorong oleh belanja pemerintah dan perusahaan, sementara permintaan domestik menunjukkan kelemahan. Konsumsi pribadi naik hanya 1.4% dan penjualan ke pembeli domestik meningkat 1.2%, tingkat terlemah dalam dua setengah tahun. Sementara itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 5.25%-5.50% untuk keenam kalinya berturut-turut. 

3. Amerika Serikat dan Korea Selatan menandatangani kesepakatan dagang baru di akhir Juli yang menetapkan tarif 15% untuk sebagian besar impor Korea Selatan, termasuk mobil dan semikonduktor, turun dari ancaman tarif 25% sebelumnya. Dalam kesepakatan tersebut, Korea Selatan berkomitmen menginvestasikan US$350 miliar di proyek-proyek Amerika selama beberapa tahun ke depan. Meskipun tarif diturunkan, saham Hyundai dan Kia melemah sekitar 2–3%, mencerminkan kekhawatiran pasar atas dampaknya yang baru terserap sebagian. Saat ini, AS dan India sedang negosiasi untuk menurunkan tarif 25% atas India.

4. Indikator inflasi favorit The Fed, yaitu PCE, naik 0.3% di Juni dan mencatat laju tahunan 2.6%, naik dari 2.4% di Mei. Core PCE juga meningkat 0.3% secara bulanan dan mencapai 2.8% secara tahunan, tetap jauh di atas target 2%. Kinerja inflasi yang lebih tinggi ini membuat The Fed semakin berhati-hati untuk menurunkan suku bunga, meski mulai muncul desakan dari beberapa anggota untuk segera melonggarkan kebijakan moneter.

5. Data ketenagakerjaan AS pada Juli 2025 menunjukkan perlambatan signifikan, dengan hanya 73 ribu pekerjaan baru tercipta, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 140-180 ribu. Revisi signifikan juga terjadi pada dua bulan sebelumnya, dengan data Mei diturunkan dari 218 ribu menjadi 165 ribu dan Juni dari 190 ribu menjadi 105 ribu, menandakan bahwa pelemahan pasar tenaga kerja telah berlangsung lebih lama dari perkiraan. Tingkat pengangguran naik menjadi 4.2% dari sebelumnya 4.1%. Rata-rata pertumbuhan upah per jam melambat menjadi 0.3% secara bulanan dan 3.9% secara tahunan, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan memangkas suku bunga pada September untuk mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang mulai memudar.

Berita Emiten

1. AAPL

Apple ($AAPL) mencatatkan kinerja di atas ekspektasi pada 3Q25 dengan pendapatan mencapai US$84.9 miliar dan EPS sebesar US$1.34, mengalahkan konsensus yang memperkirakan US$83 miliar dan US$1.32. Meski begitu, saham Apple turun -2.1% setelah jam perdagangan karena proyeksi kuartal berikutnya dinilai mengecewakan. Pendapatan iPhone naik menjadi US$41 miliar, sementara segmen services tumbuh +11.0% menjadi US$24.3 miliar. Penjualan di China menyusut -2.4% menjadi US$14.9 miliar akibat kompetisi ketat dari produsen lokal. Margin kotor meningkat menjadi 45.2%, namun perusahaan menghadapi tekanan dari tarif impor dan penguatan dolar AS.

2. AMZN

Amazon ($AMZN) membukukan pendapatan sebesar $167.7 miliar pada 2Q25, naik 13% YoY, dengan EPS sebesar $1.68, jauh melampaui konsensus $1.32. AWS tumbuh 17.5% menjadi $30.9 miliar, sementara pendapatan iklan naik 22% menjadi $15.7 miliar. Meski laba operasi melonjak 31% ke $19.2 miliar, saham turun 2–7% aftermarket karena guidance 3Q25 yang konservatif, yakni revenue $174–179.5 miliar dan laba operasi $15.5–20.5 miliar. CEO Andy Jassy menyoroti peran sentral AI, termasuk peluncuran Alexa+ dan agen belanja berbasis AI, serta ekspansi infrastruktur data center, meski tantangan biaya dan kapasitas masih membayangi.

3. META

Meta Platforms ($META) melonjak hingga sekitar 12% menuju level US$780 setelah melampaui ekspektasi kinerja 2Q25. Pendapatan mencapai US$47.52 miliar, tumbuh +22% yoy, sementara adjusted EPS berada di US$7.14, lebih tinggi dari estimasi US$5.89. Perusahaan menaikkan proyeksi pendapatan 3Q25 menjadi sekitar US$49 miliar dan meningkatkan anggaran capex serta expense untuk tahun fiskal 2025 karena investasi besar dalam infrastruktur AI. Meski biaya untuk talenta AI dan data center menyentuh US$17 miliar pada kuartal ini, margin tetap solid dengan operating income naik 37% menjadi US$20.4 miliar. 

4. MSFT

Microsoft ($MSFT) kini resmi menjadi perusahaan kedua dalam sejarah yang mencapai kapitalisasi pasar lebih dari US$4 triliun, tepatnya US$4.09 triliun, setelah merilis laporan 4Q25 yang mengungguli ekspektasi pasar. Pendapatan perusahaan mencapai US$76.4 miliar atau naik +18% yoy, dengan net income mencapai US$27.2 miliar atau US$3.65 per saham, serta pertumbuhan Azure sebesar +39% yoy yang mendorong kinerja bisnis cloud dan AI secara keseluruhan. Setelah pengumuman ini, saham Microsoft melonjak hingga 9% namun ditutup pada 5% pada penutupan, yang mengangkat nilai market cap MSFT ke US$ 4 triliun.

5. BRK.B

Berkshire Hathaway akan menjual sekitar sepertiga dari total sahamnya di VeriSign (VRSN) senilai lebih dari US$4.0 miliar. Sebanyak 4.3 juta saham dilepas sehingga kepemilikan Berkshire turun menjadi sekitar 9.6 %, di bawah ambang 10 %. Saham VeriSign ditutup di US$305.98 saat periode perdagangan sebelum penjualan, dan kemudian turun sekitar -6 % menjadi US$287.77 saat perdagangan setelah jam bursa. Berkshire mungkin menjual tambahan 515.032 saham jika ada investor yang hendak membeli. Sebagai informasi tambahan, pada akhir 1Q25, Berkshire memegang kas sebesar US$347.7 miliar, dan ini menandai kuartal ke-10 berturut-turut Berkshire menjual saham-saham AS nya, yang menandakan pesimisme terhadap pasar saham AS.

6. NVDA

Nvidia (NVDA) memesan 300.000 chip AI H20 dari TSMC sebagai respons terhadap lonjakan permintaan dari China, sehingga total pasokan chip H20 tahun ini mencapai sekitar 600.000 hingga 700.000 unit. Chip H20 yang dirancang khusus untuk pasar China memang lebih lemah dari seri H100 atau Blackwell, namun tetap memainkan peran strategis dalam mempertahankan dominasi Nvidia di pasar lokal sambil menunggu izin ekspor lanjutan dari pemerintah AS. Dengan demikian, Nvidia bisa lebih bernafas lega dan seharusnya proyeksi kerugian akibat tarif Trump bisa diminimalisir. 

7. V

Visa mencatatkan hasil 3Q25 yang lebih kuat dari ekspektasi dengan pendapatan mencapai US$10.17–10.20 miliar, naik sekitar +14 % YoY. Laba disesuaikan per saham mencapai US$2.98, naik 23 % dari US$2.42 dan melampaui estimasi analis sekitar US$2.84. Volume transaksi global tumbuh sekitar 8 %, dengan volume transaksi antar negeri naik sekitar 11–12 % dan keseluruhan transaksi meningkat sekitar 10 %. Manajemen menyoroti ketahanan belanja konsumen dan rencana inovasi di bidang pembayaran digital, termasuk AI dan stablecoin. Meskipun hasil positif, saham perusahaan sedikit melemah di perdagangan after‑hours, namun tren harga saham Visa tetap naik sekitar 11 % sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Kripto Market Highlights juli 2025

Artikel ini dianalisis dan ditulis oleh Financial Expert Ajaib, Alvin T. Murthi

Disclaimer: Transaksi US Stocks mengandung risiko dan berpotensi menyebabkan kerugian. Kinerja suatu produk investasi saat ini atau di masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa datang. Informasi yang terkandung dalam tulisan/artikel ini merupakan opini yang disiapkan melalui proses riset pasar dan analisis internal perusahaan. Anda tetap berkewajiban untuk menganalisis setiap produk investasi  untuk memastikan setiap keputusan investasi dan keputusan untuk menjual dan/atau membeli produk investasi adalah berdasarkan pertimbangan dan keputusan anda sendiri. Tulisan/artikel ini bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi.  Kami tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk kerugian maupun keuntungan yang timbul dari pengambilan keputusan transaksi.

Artikel Terkait